Sebagian perempuan harus menjalani prosedur pengangkatan rahim atau histerektomi untuk menjaga kesehatan rahimnya. Pada orang yang mengalami pendarahan abnormal pada vagina dan gangguan kesehatan rahim lainnya seperti penyakit radang panggul, plasenta akreta dan kanker ovarium. Yang sering menjadi pertanyaan, apakah jika seseorang perempuan sudah mengalami pengangkatan rahim maka ia bebas dari risiko kanker rahim? Simak ulasannya berikut ini.
Apa itu Pengangkatan Rahim (histerektomi)?
Histerektomi atau pengangkatan rahim adalah prosedur medis untuk mengangkat rahim dan leher rahim. Leher rahim atau serviks adalah bagian di bawah rahim yang menghubungkan antara rahim dan vagina. Dalam proses persalinan, leher rahim adalah jalan yang dilalui bayi dari rahim menuju vagina.
Beberapa penyebab seseorang menjalani prosedur ini salah satunya adalah sebagai salah satu pengobatan dalam penyakit kanker yaitu kanker serviks dan kanker rahim. Pada beberapa kasus, operasi histerektomi juga dilakukan bersamaan dengan pengangkatan ovarium dan tuba falopi. Namun, ada juga kondisi yang menyebabkan indung telur atau ovarium dibiarkan tanpa pengangkatan. Hal ini tergantung dari kondisi medis yang dialami dan jenis pengangkatan rahim yang dilakukan.
Setelah Pengangkatan Rahim, Apakah Masih Bisa Terkena Kanker Ovarium?
Dilansir dari laman Mayo Clinic, seorang perempuan tetap dapat berisiko mengalami kanker ovarium meskipun telah menjalani prosedur pengangkatan rahim. Hal ini bergantung pada kondisi kesehatan dan jenis operasi histerektomi yang dilakukan. Jenis histerektomi antara lain:
1. Histerektomi Parsial atau Sebagian
Pada operasi histerektomi parsial ini dilakukan prosedur pengangkatan rahim tanpa mengangkat leher rahim. Organ reproduksi lainnya tidak diangkat termasuk ovarium.
2. Histerektomi Total
Histerektomi total adalah prosedur pengangkatan rahim beserta leher rahim. Pada prosedur ini ovarium tidak diangkat sehingga masih ada kemungkinan untuk mengalami kanker ovarium.
3. Histerektomi total dengan salpingo-ooforektomi
Prosedur ini meliputi pengangkatan rahim, leher rahim, tuba falopii dan indung telur atau ovarium. Jika Anda mengalami prosedur ini, maka kecil kemungkinan untuk mengalami kanker ovarium karena ovarium sudah ikut terangkat.
Meskipun demikian, perempuan tetap perlu waspada akan risiko kanker peritoneal primer. Kanker ini menyerang area peritoneum, penutup yang melapisi bagian perut dan dekat dengan ovarium. Pasalnya, peritoneum dan ovarium berasal dari jaringan yang sama selama perkembangan embrio. Kondisi inilah yang memicu kanker bisa muncul dari sel peritoneum meskipun telah melakukan operasi pengangkatan rahim.
Pencegahan Kanker Ovarium
Hingga kini belum diketahui cara pencegahan kanker ovarium. Setiap perempuan yang memiliki ovarium sebenarnya memiliki risiko untuk terkena kanker ovarium. Terlebih lagi faktor risiko seperti pertambahan usia dan faktor genetik dalam keluarga merupakan faktor risiko yang tidak bisa dihindari. Namun tak perlu khawatir, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker ovarium antara lain:
- Menerapkan gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat, mengurangi alkohol, olahraga rutin
- Menjaga berat badan agar tetap ideal
- Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, termasuk skrining kanker
- Pada perempuan yang memiliki riwayat kanker ovarium dalam keluarga dianjurkan untuk mengonsumsi pil KB. Namun karena mengonsumsi pil KB juga memiliki efek samping bagi kesehatan, maka sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsinya.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina
Cleveland Clinic. Hysterectomy. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/4852-hysterectomy
Pietrangelo, A. (2020). Ovarian Cancer After Hysterectomy: Is It Possible?. Available from: https://www.healthline.com/health/cancer/ovarian-cancer-hysterectomy
Burnett, T. Ovarian cancer: Still possible after hysterectomy?. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ovarian-cancer/expert-answers/ovarian-cancer/faq-20057780